LINIKATA.COM, PATI – Saat hama tikus merajalela merusak tanaman padi, petani di Desa Wuwur, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, memiliki cara unik dan tradisional yang efektif untuk mengatasinya. Metode ini dikenal sebagai “krompyongan”, yang menggunakan kombinasi jaring dan kaleng.
Menurut Nur Kholis, salah satu petani setempat, krompyongan dilakukan ketika serangan hama tikus sudah sangat parah.
“Dua peralatan tersebut yang digunakan selama ini, untuk menangkap tikus,” ujarnya saat saat ditemui di lahannya, Selasa (1/7/2025).
Bagaimana Krompyongan Bekerja?
Kholis menjelaskan, metode krompyongan dimulai dengan memasang jaring sepanjang lebar sawah. Setelah itu, kaleng-kaleng yang telah dirangkai dipasang di area tersebut. Jika semua persiapan sudah selesai, para petani kemudian berjalan sambil membawa rangkaian kaleng yang menghasilkan bunyi nyaring.
Baca juga: Tak Bisa Atasi Hama, Petani Pati Berharap Pemerintah Turun Tangan
“Sambil berjalan juga teriak agar tikus lari. Cara ini hanya dilakukan oleh petani di sini,” tambah Nur Kholis.
Suara bising dari kaleng dan teriakan petani bertujuan untuk menggiring tikus-tikus agar lari ke arah jaring yang sudah terpasang, sehingga mudah ditangkap.
Efektivitas dan Semangat Gotong Royong
Para petani Desa Wuwur menilai cara krompyongan ini sangat efektif, bahkan lebih baik dibandingkan menggunakan setrum listrik atau metode gropyokan tikus (memburu tikus secara massal).
Baca juga: Tikus Jadi Mimpi Buruk Petani Pati: Disetrum, Diobat, Diplastik Masih Ada
“Biasanya dilakukan bersama petani lainnya, saling bergotong royong menangkap tikus,” tandas Nur Kholis.
Hasil dari krompyongan ini sering kali sangat memuaskan, dengan ratusan tikus berhasil ditangkap dan dikumpulkan. Cara unik ini terbukti efektif terutama saat musim hama tikus menyerang dan mengancam hasil panen padi. Inisiatif tradisional ini menunjukkan kearifan lokal petani Wuwur dalam menjaga keberlangsungan pertanian mereka.
Editor: Ahmad Muhlisin