LINIKATA.COM, PATI – Petani di Kecamatan Jakenan dibuat resah dengan serangan tikus yang merusak tanaman padi. Kondisi ini membuat mereka melakukan berbagai cara, salah satunya dengan gropyokan.
Koordinator Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Jakenan, Cholil Anwar, mengatakan, ada 11 desa yang diserang tikus, yaitu Karangrowo, Kedungmulyo, Mantingantengah, Ngastorejo, Sidoarum, Sonorejo, Sendangsoko, Tambahmulyo, Tlogorejo, Tondokerto, dan Tondomulyo.
“Serangan tikus sudah banyak merugikan petani, populasi tikus sudah sangat banyak sehingga serangan tikus sangat merugikan petani. Tikus tidak hanya menyerang tanaman padi yang sudah produksi bahkan tanaman padi di persemaian juga diserang,” ujarnya saat dihubungi awak media, Sabtu (8/11/2025).
Baca juga: Tikus Jadi Mimpi Buruk Petani Pati: Disetrum, Diobat, Diplastik Masih Ada
Selama ini, pihaknya sudah melakukan pengendalian hama tikus menggunakan burung hantu. Namun, minimnya predator itu menyebabkan populasi tikus merajalela.
Ia mengatakan, pemburu tikus semakin punah lantaran tersengat listrik. Apalagi petani lebih suka menggunakan jebakan listrik untuk mengendalikan hama tikus.
“Salah satu penyebab tikus banyak melanda karena banyak burung hantu yang kena setrum (listrik) saat petani mengendalikan hama tikus menggunakan setrum,” ungkapnya.
Makanya, ia memandang gropyokan lebih efektif dalam membasmi tikus. Gropyokan dilakukan dengan koordinasi yang baik antara petani dan petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).
Baca juga: Krompyongan: Cara Unik Petani Desa Wuwur Pati Basmi Hama Tikus
“Cara yang efektif gropyokan. Keunggulan dari gropyokan melibatkan banyak petani sehingga kebersamaan petani bisa terjaga. Juga dengan gropyokan lebih banyak mendapatkan tikus sehingga populasi tikus bisa dikendalikan,” tuturnya.
Dalam gropyokan ini sejumlah pihak terlibat, di antaranya Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati, PPL BPP Jakenan, Babinsa, Bhabinkamtibmas, kepala desa (kades), serta kelompok tani (poktan). Pada Minggu, 9 November 2025 nanti gropyokan dilakukan di Desa Tlogorejo. (LK1)
Editor: Ahmad Muhlisin














