LINIKATA.COM, PATI – Harga garam di Kabupaten Pati naik tinggi mencapai Rp1.500 per kilogram di tingkat petani. Namun, kondisi ini tidak menguntungkan para petani karena mereka kesulitan produksi di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu.
Pengelola Ekosistem Laut dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati, Triana Shinta Dewi, mengatakan, harga garam di tingkat petani mengalami fluktuasi dari hari ke hari. Saat ini, harga garam berkisar Rp1.300 hingga Rp1.500 per kilogram.
“Untuk saat ini harganya di kisaran Rp1.300–Rp1.500 per kilogram. Itu harga di tingkat petani, belum termasuk biaya angkut. Kalau sudah sampai ke pasar atau pengepul, harganya bisa lebih dari Rp1.500,” jelasnya saat ditemui di kantornya, Selasa (23/9/2025).
Baca juga: Pati Punya Pabrik Garam Industri, Bisa Jadi Solusi Tak Lagi Impor
Menurutnya, harga garam bisa berubah sewaktu-waktu, bahkan dalam hitungan hari. Pada Juli lalu, ketika musim produksi mulai berjalan, harga sempat jatuh di kisaran Rp1.100 per kilogram.
“Fluktuasi ini memang terjadi setiap hari. Kadang hari ini bisa turun, besok naik lagi, tergantung ketersediaan produksi di lapangan,” tambah Triana.
Fenomena tersebut erat kaitannya dengan musim produksi garam yang bergantung pada kondisi cuaca. Tahun ini, produksi garam di Pati sempat terhambat karena fenomena kemarau basah, sehingga pasokan tidak seimbang dengan permintaan.
Menurut dia, produksi garam di Kabupaten Pati tahun ini dipastikan anjlok. Sampai Agustus 2025, jumlahnya baru mencapai 15.862 ton. Pada tahun lalu, produksi garam di Bumi Mina Tani mencapai 324 ribu ton.
“Kalau tahun kemarin Mei sudah mulai produksi, tahun ini berbeda. Sampai Juli kemarin masih turun hujan, jadi baru ada data produksi di Juli dan Agustus. Mei dan Juni sama sekali belum ada,” ungkapnya.
Maka dari itu, DKP Pati terus mendampingi petambak garam yang tergabung dalam Kelompok Pugar di 21 desa penghasil garam yang tersebar di empat kecamatan, yakni Batangan, Juwana, Wedarijaksa, dan Trangkil.
Baca juga: Kemarau Basah, Sampai Agustus Produksi Garam di Pati Baru 15 Ton
Pendampingan ini bertujuan untuk memantau ketersediaan garam dan memberikan dukungan teknis dalam meningkatkan kualitas produksi.
“Setiap desa ada tenaga pendamping yang memantau langsung stok dan kondisi petambak. Kami berusaha agar distribusi dan produksi garam tetap terkendali,” paparnya. (LK1)
Editor: Ahmad Muhlisin