LINIKATA.COM, PATI – Sebulan berlalu, banjir rob yang menggenangi Desa Tunggulsari, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah belum ada tanda-tanda akan surut. Bencana yang melanda sejak 18 Mei 2025 itu kini makin meluas dan merendam seluruh desa dengan rumah terdampak mencapai 252 unit.
Wilayah yang paling parah terdampak banjir rob adalah RT 5 RW 1 yang pada Rabu (18/6/2025), dengan ketinggian air masih mencapai 60 centimeter. Ketinggian air ini sudah turun sekitar 10 Cm dari kemarin.
Kepala Desa Tunggulsari, Setyo Wahyudi, berharap Pemerintah Kabupaten Pati dan Pemerintah Pusat bergerak ikut menanggulangi bencana. Tanpa solusi nyata, banjir rob akan terus menghantui warga.
Baca juga: Hujan Deras Semalaman, Banjir di Tunggulsari Tayu Makin Parah
Setyo lantas mengusulkan tiga solusi, yaitu pembuatan pemecah ombak di bibir pantai Kecamatan Tayu, normalisasi sungai, dan penanaman mangrove.
“Karena ini abrasi harus ada pembuatan alat pemecah ombak, sehingga abrasi bisa ditanggulangi. Pemecah ombak ini juga bisa melindungi tanaman mangrove agar bisa tumbuh dengan baik,” katanya.
Kedua, lanjut dia, harus ada normalisasi sungai secara masif, karena Desa Tunggulsari punya empat aliran sungai. Setiap tahun, pihaknya sebenarnya selalu melakukan normalisasi sungai dan terakhir pada Agustus-September 2024 lalu.
“Namun lantaran curah hujan yang tinggi ditambah tingginya gelombang rob, membuat sungai tak mampu menampung,” beber dia.
Baca juga: Ratusan Rumah di Tunggulsari Tayu Terendam Banjir, Kades: Ini Banjir Terparah
Yang paling penting, kata Kades, adalah penanaman mangrove yang sudah sangat mendesak. Mengingat, luas hutan mangrove kini hanya tersisa sekitar tujuh hektare saja, dari awalnya sekitar 14 hektare.
”Setelah siklus normal bisa melakukan penanaman mangrove, dan kami berharap pemerintah bisa membantu menanam mangrove agar bisa kembali tebal,” pungkas dia.
Editor: Ahmad Muhlisin