LINIKATA.COM, PATI – Teater As Sekolah Tinggi Agama Islam Pati (STAIP) memotret luka yang tumbuh dalam sebuah keluarga ke dalam sebuah pementasan yang epik, Rabu (22/10/2025) malam. Meski tabu, perkara ini penting disuarakan karena setiap keluarga berhak merengkuh kebahagiaan.
Sosok utama dalam cerita ini adalah Sukma yang mendapatkan perlakuan tak menyenangkan dari ibunya. Peran yang dimainkan Fida itu benar-benar tak mengerti alasan sikap kasar dari seorang ibu yang seharusnya menyayangi.
Perkara makin sulit karena sang ayah yang diharapkan menjadi sandaran bagi Sukma rupanya juga menghilang dari keluarga tersebut. Hal itu pula yang membuat Ahmad, anak terakhir di keluarga itu menjadi membenci sang ayah. Tokoh yang diperankan oleh Luki itu menilai sang ayah menjadi orang yang tak bertanggungjawab.
Baca juga: Jaga Warisan Leluhur, Prosesi “Ngangsu Banyu” di Rejosari Kudus Hadirkan Pameran Puisi Rupa
Mbak Tari yang dimainkan oleh Destin menjadi tokoh yang berupaya menjaga keseimbangan rumah. Hingga akhirnya dia membuka sebuah rahasia dimana ibunya yang dimainkan oleh Sinta ternyata mengalami peristiwa besar saat mengandung Sukma. Hal itulah yang membuatnya mengalami trauma dan tak pernah benar-benar siap saat melihat sosok putri keduanya tersebut.
Lurah Teater As, Nur Hafida, menjelaskan, meski bagi sebagian orang membicarakan persoalan keluarga menjadi hal tabu, namun dia justru menyoroti hal yang sebaliknya. Menemukan teman untuk berbicara tentu penting dalam mengobati luka.
“Kami meyakini, lewat naskah ini, ingin berbicara tentang banyaknya luka yang justru muncul dari dalam sebuah keluarga. Barangkali mereka tampak baik saat berada di luar namun ada hal besar yang coba disimpan rapat-rapat,” ungkapnya.
“Terkadang orang yang memiliki rasa luka, hanya butuh teman untuk didengarkan. Ketika hal itu tidak didapatkan bisa jadi rasa trauma itu justru diturun temurun kan dalam keluarga itu,” ungkap dia.
Fida juga menyebut lewat pementasan itu diharapkan dapat menjadi doa agar setiap pemain, hingga penonton bisa mendapatkan kebahagiaan dalam keluarganya masing-masing. Meski dalam bentuk yang berbeda-beda.
Pimpinan produksi, Syakira Deliilah mengatakan jika pertunjukan itu merupakan pentas produksi ke-enam Teater AS STAI Pati. Lewat pentas itu diharapkan menjadi ajang dalam mengasah ketrampilan yang selama ini telah mereka dapatkan.
“Bagaimana pun, pentas ini merupakan kerja kolektivitas. Baik tim produksi, aktor, musik, pencahayaan, artistik maupun berbagai bidang lainnya harus memili visi yang sama. Kami di teater tak hanya diajarkan persoalan berperan, namun rupanya banyak hal. Dari manajemen berorganisasi hingga berbagai ketrampilan maupun terpenting belajar akan saling menghargai,” ujar dia.
Baca juga: Memaknai Kerinduan pada Ayah dalam Pentas Teater Ismi SMKN Jateng di Pati
Sementara itu dosen pembimbing Teater AS, Sofiah mengapresiasi pertunjukan yang telah disajikan. Dia juga menaruh kebanggaan lantaran karya itu berasal dari naskah yang ditulis sendiri oleh anggota Teater AS STAI Pati, yakni Sinta Nur Hidayati.
“Kami berharap akan muncul karya – karya lain kedepannya. Tak terkecuali untuk naskah dan karya sastra lainnya,” imbuh dia. (LK2)
Editor: Ahmad Muhlisin
 
			 
                                
 
                                
 
							











