LINIKATA.COM, PATI – Prestasi membanggakan berhasil diraih oleh siswa SMA PGRI 2 Kayen, Muhammad Fajar Diva Audiansyah. Berkat alat pendeteksi kantuk bagi sopir, pemuda itu berhasil meraih juara dalam ajang bergengsi International Greenwich Olympiad (IGO) yang digelar di London pada 27 Juni 2025.
Temuan yang diberi nama X-Antuk Smartband itu digadang-gadang dapat meminimalkan kecelakaan akibat micro sleep yang sering kali dirasakan para sopir. Hingga akhirnya temuan itu berhasil bersaing dengan 350 finalis lainnya dari 53 negara di dunia serta mendapat silver medal.
“Tidak menyangka berhasil mendapatkan medali. Padahal ada banyak kontestan yang cukup bagus dari berbagai negara. Seperti Cina, Korea Selatan, Jerman, Belanda, Oman hingga Kolombia, Inggris, Jepang,” ujarnya.
Baca juga: Kuota Siswa Sekolah Rakyat di Pati Terpenuhi
Diva menyebut, sebelumnya temuan itu juga berhasil mendapatkan juara dalam Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) tahun 2025. Berkat keberhasilan itu, dia mendapat rekomendasi untuk bersaing dalam International Greenwich Olympiad.
“Awalnya inovasi itu berawal dari keresahan akibat tingginya angka kecelakaan yang diakibatkan micro sleep. Atau rasa kantuk yang terjadi dalam waktu yang tiba-tiba. Akhirnya kami mencoba membuat alat pendeteksi dan pencegah rasa kantuk ini,” ucapnya.
Diva menjelaskan, alat akan dipasangkan di pergelangan dan dua jari sopir. Nantinya alat tersebut akan memonitor denyut jantung, saturasi oksigen, resistasi kulit dan konduktansi kulit. Saat dua dari empat indikator terpantau di bawah standar, maka alat yang dinamakan X-Antuk Smartband itu akan memberikan peringatan lewat getaran dan suara keras. Sehingga diharapkan sopir bisa segera waspada dan dapat berhenti untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan.
“Alat ini juga akan mengirimkan notifikasi ke smartphone pengendara jika terindikasi sopir mengantuk,” imbuhnya.
Baca juga: Bupati Blora Usulkan Penambahan Kuota SMA SMK Negeri dan SLB
Ketua Divisi Sains SMA PGRI 2 Kayen, Muhammad Rouf menyebut butuh waktu setahun dalam project tersebut. Sebelumnya mereka menggali permasalahan di sekitar masyarakat. Permasalahan itu kemudian kami cari referensi dan literatur untuk menjadi bahan dalam sains yang diteliti.
“Meski dengan keterbatasan alat, namun kami bersyukur temuan X-Antuk itu bisa meraih prestasi di tingkat internasional,” lanjut Rauf.
Sementara itu, Kepala SMA PGRI 2 Kayen Fitri Maria Ulfah bersyukur atas keberhasilan siswanya meraih medali di ajang internasional. Pihaknya kini berencana untuk dapat mematenkan produk tersebut. Selain itu dia berharap agar temuan itu bisa diproduksi secara massal lantaran memiliki nilai manfaat yang besar terutama bagi para pengendara.
“SMA PGRI 2 Kayen memang memiliki perhatian besar terhadap dunia sains. Saat ini telah berhasil meraih 17 prestasi tingkat internasional. Sementara dua tahun terakhir ini sudah delapan kali medali internasional yang kami raih,” imbuhnya.
Dia menyebut, SMA PGRI 2 Kayen memiliki brand SMA Sains and Vocation. Pihaknya selalu berupaya agar selalu meraih prestasi internasional di bidang sains terapan atau murni. (LK2)
Editor: Ahmad Muhlisin