LINIKATA.COM, PATI – Desa Tunggulsari, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, terancam hilang seperti beberapa desa di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak jika masalah abrasi dan banjir rob tak segera ditangani dengan serius.
Desa yang hanya berjarak 1,5 kilometer dari garis pantai itu sudah jadi langganan rob selama belasan tahun. Bahkan, bencana tersebut setiap tahun semakin parah dan saat ini sudah sampai menggenangi seluruh desa jika dibarengi hujan deras.
Kondisi makin parah karena hutan mangrove yang pada 2020 seluas 15 hektare kini hanya tersisa 7,5 hektare saja. Rusaknya tanaman penghalau ombak itu karena cuaca ekstrem yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini.
Baca juga: Miris! Hutan Mangrove di Tunggulsari Pati Hanya Tersisa 7,5 Hektare Saja
Kepala Desa Tunggulsari, Setyo Wahyudi, menyampaikan, setiap tahun pihaknya sudah berupaya melakukan peninggian jalan dan talud. Namun, upaya tersebut rupanya belum cukup untuk menghindarkan desanya dari banjir rob.
“Selama lima tahun ini sudah melakukan peninggian jalan. Namun, di tahun ini juga banjir rob semakin tinggi,” beber dia, Kamis (19/6/2025).
Makanya, Setyo berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati dan Pemerintah Pusat bergerak ikut menanggulangi bencana. Tanpa solusi nyata, banjir rob akan terus menghantui warga.
Setyo lantas mengusulkan tiga solusi, yaitu pembuatan pemecah ombak di bibir pantai Kecamatan Tayu, normalisasi sungai, dan penanaman mangrove.
Baca juga: Banjir Rob Sebulan Belum Surut, Warga Tunggulsari Tunggu Solusi dari Pemerintah
“Takutnya, yang saya khawatirkan, ke depan jika tidak ada penanganan serius, kawasan pantai kita, kawasan desa kita, kawasan pertambakan, akan seperti daerah Sayung,” keluhnya.
Menurut Setyo, kawasan pertambakan di desanya kini sudah menggunakan jaring waring untuk mengamankan ikan agar tidak tersapu rob atau tidak lepas dari area tambak.
“Saat ini ketinggian air sudah melebihi tanggul-tanggul tambak yang ada di desa kami,” tutup Setyo. (LK1)
Editor: Ahmad Muhlisin