LINIKATA.COM, REMBANG – Akibat musim baratan, hasil tangkapan ikan para nelayan di Desa Gegunung Wetan, Kecamatan/Kabupaten Rembang menurun drastis. Banyak nelayan memilih tidak melaut dan hanya memperbaiki alat tangkap mereka.
Kondisi ini membuat harga beberapa ikan melonjak, termasuk rajungan yang kini mencapai Rp110 ribu per kilogram. Selain karena cuaca yang tidak bersahabat, rajungan juga sulit ditemukan di laut.
Salah satu nelayan, Lasimin, mengatakan, musim rajungan biasanya terjadi antara Desember hingga Januari. Memasuki November, rajungan mulai muncul, tetapi jumlahnya masih sangat sedikit. Nelayan yang tetap melaut pun sering kali pulang dengan hasil tangkapan yang tidak sebanding dengan biaya perbekalan.
Baca juga: Kementerian Kelautan Buat 100 Kampung Nelayan, Salah Satunya di Pati
“Bulan Oktober sama November ini hasilnya masih sepi. Saya pilih libur dulu, sambil memperbaiki alat tangkap. Harga rajungan memang mahal, tapi di laut susah sekali dapatnya. Kalau dipaksakan melaut, malah rugi. Untuk kebutuhan harian ya kadang pinjam ke bank,” ujarnya, Sabtu (8/11/2025).
Kondisi ini juga dirasakan oleh para pengepul rajungan, salah satunya Sumilah. Dia mengaku, minimnya hasil tangkapan membuat pasokan rajungan ke pasar menurun drastis.
Baca juga: Usaha Olahan Ikan di Juwana Pati Terdampak Harga Bandeng yang Meroket
“Kalau musim ramai, sehari bisa dapat lima puluh sampai tujuh puluh lima kilo rajungan. Sekarang paling cuma sepuluh sampai dua puluh kilo, itu pun harus beli dari beberapa nelayan,” kata dia.
Selama tidak melaut, para nelayan memanfaatkan waktu untuk memperbaiki alat tangkap rajungan, mengecat perahu, dan merapikan jaring. Mereka berharap musim baratan segera berakhir dan musim rajungan segera tiba agar bisa kembali melaut dengan hasil yang memadai. (LK3)
Editor: Ahmad Muhlisin














