LINIKATA.COM, PATI – Harga kedelai impor dan lokal di Kabupaten Pati mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini disebabkan adanya panen raya sehingga pasokan melimpah.
Pengawas dan Monitoring Bidang Perdagangan pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kabupaten Pati, Darmawan, mengungkapkan, turunnya harga kedelai dipicu oleh melimpahnya hasil panen di wilayah sentra produksi. Di Kabupaten Pati, Kecamatan Kayen menjadi salah satu daerah penyumbang terbesar stok kedelai.
“Ada info barusan dari Dinas Ketahanan Pangan, harga kedelai turun karena kemarin di Kayen panen. Pasokan melimpah bahkan sampai ditawarkan ke Pemprov Jawa Tengah. Kalau ambil dari Kabupaten Pati, harganya lebih murah,” ucapnya saat ditemui di ruangannya, Jumat (26/9/2025).
Baca juga: Kemarau Basah, Sampai Agustus Produksi Garam di Pati Baru 15 Ton
Berdasarkan hasil survei di tingkat pengecer, harga kedelai lokal kini berada di angka Rp9.500 per kilogram, turun dari Rp10.000 per kilogram sehari sebelumnya. Sementara itu, kedelai impor turun lebih tajam, dari Rp12.000 menjadi Rp10.500 per kilogram.
“Kedelai impor ini masih jadi primadona untuk bahan utama membuat tempe, karena hasilnya lebih bagus dibanding kedelai lokal,” tambah Darmawan.
Meski harga kedelai turun, harga produk olahan seperti tempe dan tahu ternyata tidak ikut bergeser. Tempe masih dijual Rp15.000 per kilogram, sedangkan tahu bertahan di harga Rp10.000 per kilogram.
Baca juga: Pati Punya Pabrik Garam Industri, Bisa Jadi Solusi Tak Lagi Impor
“Untuk saat ini harga tempe masih stabil di Rp15.000 per kilogram dan tahu Rp10.000 per kilogram,” terangnya.
Darmawan menambahkan, selain dipasarkan di dalam daerah, kedelai lokal Pati juga diminati pembeli dari luar daerah. Pati bersama Grobogan dikenal sebagai dua daerah penghasil kedelai terbesar di kawasan Muria Raya. (LK1)
Editor: Ahmad Muhlisin