LINIKATA.COM, GROBOGAN – Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Desa Genuksuran, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, menembus angka Rp7.200 per kilogram. Angka ini jauh melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp6.500 per kilogram.
Kondisi tersebut menjadi kabar menggembirakan bagi petani, apalagi musim tanam kedua (MT 2) tahun ini menghasilkan panen yang cukup melimpah.
Ketua Kelompok Tani Desa Genuksuran, Warsidi, menyebutkan, produktivitas padi di lahan pertanian desa tersebut mencapai 7 hingga 7,5 ton per hektare.
Baca juga: Pakai Pupuk Eceng Gondok, Petani Pati Berhasil Panen 10 Ton dalam 1 Hektare
“Panen kali ini sangat memuaskan. Selain hasilnya bagus, harganya juga tinggi,” ujar Warsidi, Kamis (17/7/2025).
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Grobogan, Suwarno, menyatakan, kenaikan harga GKP merupakan sinyal positif bagi kesejahteraan petani.
Menurutnya, saat ini di Grobogan harga gabah kering giling (GKG) sebesar Rp8.500-Rp9.000 per kilogram. Sedangkan HET GKG yang ditetapkan pemerintah adalah Rp8.000 per kg di tingkat penggilingan dan Rp8.200 per kg di gudang Bulog.
Harga ini berlaku dengan kualitas kadar air maksimal 14 persen dan kadar hampa maksimal 3 persen.
Suwarno mengakui, kebaikan harga gabah ini menjadi angin segar bagi petani. Akan tetapi, dampak lanjutan dari tingginya harga gabah ini adalah kenaikan harga beras di pasaran yang melebihi HET.
Baca juga: Pakai Padi Varietas M70D dan Inpari, Hasil Panen di Jepon Blora Meningkat
“Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah berencana menyalurkan beras sebanyak 20 kilogram per keluarga melalui program Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) pada pekan ketiga Juli ini,” jelas Suwarno.
Program SPHP bertujuan untuk menekan lonjakan harga beras di pasar sekaligus menjamin keterjangkauan bahan pangan pokok bagi masyarakat.
Dari data Dinas Ketahanan Pangan Grobogan, serapan gabah di wilayah ini pada tahun 2025 telah mencapai satu juta ton.
Sementara itu, ketersediaan cadangan pangan daerah masih dinilai aman, yakni sebanyak 75 ton, yang disiapkan untuk kondisi darurat.
“Dengan kebutuhan konsumsi per orang sekitar 0,3 gram dari kebutuhan beras, cadangan ini masih mencukupi,” tambah Suwarno. (LK5)
Editor: Ahmad Muhlisin