LINIKATA.COM, PATI – Warga Kabupaten Pati diminta waspada dengan berbagai potensi bencana alam selama peralihan musim kemarau ke penghujan. Bencana itu meliputi angin puting beliung, tanah longsor, hingga banjir bandang.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati, Martinus Budi Prasetya, mengungkapkan, angin puting beliung menjadi salah satu bencana yang sering kali terjadi di awal musim hujan.
“Kalau bicara masalah potensi bencana di awal musim penghujan ini yang banyak, tidak bisa diantisipasi, tapi selalu terjadi puting beliung. Merata di wilayah Pati Selatan maupun wilayah Pati Utara juga kena,” ungkapnya saat dihubungi awak media, Kamis (23/10/2025).
Baca juga: 21 Rumah Rusak dan 1 Roboh Usai Diterjang Angin Puting Beliung di Dukuhseti Pati
Martinus mengatakan, bencana ini sudah terjadi di dua kecamatan yaitu Tambakromo dan Dukuhseti, pada pekan lalu. Peristiwa tersebut menghancurkan puluhan rumah dan satu di antaranya roboh.
“Jadi banyak rumah rusak, entah itu rusak berat atau ringan, bahkan ada yang roboh kemarin di wilayah Dukuhseti, kemudian di Maitan, ada lagi Tambahagung Tambakromo. Itu semua adalah cuaca ekstrem disebabkan peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan,” terangnya.
Selain angin puting beliung, lanjut Martinus, peralihan musim seperti ini juga rawan terjadi tanah longsor di wilayah Pegunungan Muria dan Kendeng. Pihaknya menilai, rekahan tanah saat musim kemarau yang kemudian diguyur hujan menjadi salah satu penyebab terjadinya tanah longsor, terutama di daerah yang kontur permukaan tanahnya kemiringan di atas 45 derajat.
“Kalau di selatan seperti di daerah Pucakwangi, Winong, Kayen, Sukolilo itu ada potensi tanah longsor. Karena tanah kering kemudian mendapatkan air dalam jumlah yang besar akhirnya ada potensi tanah longsor. Di daerah Utara meliputi Kecamatan Gembong, Tlogowungu, Gunungwungkal dan Cluwak,” bebernya.
Baca juga: Angin Puting Beliung Terjang Tambahagung Pati, Puluhan Rumah Rusak
Potensi bencana lain, kata Martinus adalah banjir bandang maupun banjir genangan. Wilayah yang rawan adalah yang berada di sepanjang aliran Sungai Silugonggo.
“Banjir bandang itu disebabkan karena sungai tidak lagi menampung curahan air dari atas. Karena tingginya angka sedimentasi. Setelah musim hujan ini berjalan dua sampai tiga bulan, ada kemungkinan volume air yang masuk ke sungai Silugonggo itu juga tinggi, maka yang harus diwaspadai berikutnya adalah banjir genangan,” pungkasnya. (LK1)
Editor: Ahmad Muhlisin
 
			 
                                
 
                                
 
							











