LINIKATA.COM, PATI – Mantan pegawai honorer Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) RAA Soewondo Pati, Siti Masruhah, mengaku diintimidasi saat menyatakan ikut aksi demonstrasi 13 Agustus. Imbasnya, ia dipecat dari pekerjaan barunya dan kini kembali menganggur.
Dugaan upaya intimidasi ini ia ungkapkan saat menghadiri undangan klarifikasi dalam Sidang Terbuka Pansus Pemakzulan Bupati Pati Sudewo di Gedung DPRD Pati, Kamis (14/8/2025).
Siti Masruhah merupakan satu dari 220 mantan pegawai RSUD RAA Soewondo yang diberhentikan setelah dinyatakan tidak lolos dalam tes seleksi karyawan tidak tetap menjadi karyawan tetap RSUD RAA Soewondo Pati pada April 2025 lalu.
Baca juga: Pansus DPRD Pati Sebut Sudewo Berpotensi Dimakzulkan, Ini Syaratnya
Setelah keluar dari RSUD RAA Soewondo setelah bekerja selama 20 tahun, Juli lalu, ia sudah bekerja di salah satu perusahaan sebagai marketing dan admin.
Ruha, panggilan akrabnya, menjelaskan, pemecatan itu ia terima setelah pihaknya menyatakan ikut aksi demo 13 Agustus 2025, Sabtu (9/8/2025). Setelah wawancara dengan awak media di posko penggalangan donasi viral, dia dihubungi bos tempatnya bekerja dan dalam telepon itu ia dipecat.
“Setelah live (wawancara), sehari kemudian, saya ditelpon pagi-pagi, Mbak Ruha nanti gak usah bekerja di tempat saya,” ungkapnya.
Dia lantas mempertanyakan alasan pemecatan itu karena disampaikan secara tiba-tiba setelah viral. Namun, pimpinan perusahaannya tidak bisa menjelaskan secara pasti.
“Gak enak, saya gak enak. Gini lho mbak, saya diWA Pak Bupati. Ruha itu siapa?” ucap Ruha menirukan bosnya.
Baca juga: DPRD Pati Gulirkan Hak Angket Usut Kebijakan Kontroversial Sudewo
Namun, saat pihak Pansus ingin memastikan apakah benar ada intimidasi, seperti pengancaman, Ruha menampiknya. Yang pasti, pimpinan perusahaan tiba-tiba melakukan pemecatan, karena menurutnya, ada kedekatan dengan Bupati Pati, Sudewo.
“Karena saya tahu, yang punya perusahaan itu adalah orang dekatnya (Sudewo). Saya baru tahu itu,” ungkapnya lagi.
Akibat dugaan intimidasi itu, Ruha mengaku takut keluar rumah. Apalagi, sang suami kerja di luar kota dan jarang pulang. Bahkan, ia juga belum mengambil gajinya di Bulan Juli.
Menurut Ruha, alasannya terus memperjuangkan nasibnya untuk kembali bekerja di RSUD RAA Soewondo karena dia dan teman-temannya yang lain merasa dicurangi dalam tes seleksi itu. Dia menyebut hasil tes tidak transparan karena nilainya tidak diumumkan. Pengumuman hanyalah peserta dinyatakan lolos dan tidak lolos.
“Saat tes itu, sebelah saya nyontek saya. Dia lolos tapi saya tidak. Ada lagi yang ketahuan nyontek, lembar tesnya diambil dan dikasih baru, juga lolos. Makanya saya mempertanyakan hasil tes itu karena tak transparan,” sebutnya.
Baca juga: Dituntut Lengser, Sudewo: Saya Dipilih Rakyat, Tak Bisa Mundur
Saat itu, dia sebenarnya sudah mengajukan keberatan kepada Direktur Utama RSUD RAA Soewondo, Rini Susilowati. Namun, Rini malah memarahinya. Padahal dia hanya ingin tahu hasil nilai dia.
“Itu tes yang mengadakan pihak ketiga, Mbak Ruha jangan mengada-ada,” ungkap Ruha menirukan Rini. (LK1)
Editor: Ahmad Muhlisin