LINIKATA.COM, PATI – Jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Kabupaten Pati semakin mengkhawatirkan. Mirisnya, setiap hari ada satu temuan kasus baru.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, kasus HIV/AIDS dari 1996 sampai September 2025 mencapai 3.217. Dari jumlah tersebut, sebanyak 550 pasien meninggal dunia.
Perwakilan Komunitas Rumah Matahari Pati, Prasetyo, menjelaskan, temuan kasus dominan terjadi pada rentang usia produktif 20-40 tahun. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) ini tak hanya warga Pati saja, melainkan ada yang dari luar daerah, bahkan provinsi.
Baca juga: Peringati Hari AIDS Sedunia, Warga Pati Diingatkan Kasus Terus Meningkat
“Setiap tahun sekitar ada satu kasus satu hari. Ya, kalau satu kasus satu hari itu, satu bulan ada 30, belum pasangannya, belum teman-temannya,” beber dia saat aksi edukasi dan solidaritas untuk memperingati Hari AIDS Sedunia di depan GOR Pesantenan Pati, Senin (1/12/2025).
Dengan cukup tingginya kasus HIV/AIDS ini, pihaknya terus memberikan edukasi kepada masyarakat lewat serangkaian kegiatan, termasuk aksi pembagian bunga dan buku untuk memperingati Hari AIDS Sedunia.
“Kami ingin semua paham HIV/AIDS di Pati itu naik setiap hari, satu kasus per hari. Ini bukan aib, ini tanda kita harus makin peduli dan makin waspada,” jelasnya.
Di sisi lain, Programmer HIV/AIDS dari Puskesmas Jakenan, Dwi Sri Susiloningsih, mengungkapkan, puskesmasnya saat ini menangani 102 pasien HIV/AIDS. Mayoritas pasien itu bukan warga Pati, melainkan rujukan dari luar kecamatan, luar kabupaten, bahkan luar provinsi, seperti dari Tuban dan Lamongan.
“Obat ARV dan pendaftarannya gratis, kami berikan pelayanan sebulan sekali untuk memastikan kepatuhan pengobatan,” katanya.
Baca juga: Duh, Kasus HIV/AIDS di Pati Disebut Paling Tinggi di Eks Karesidenan
Meskipun ada lima pasien yang sempat putus pengobatan, dua orang sudah kembali menjalani terapi, berkat koordinasi pelacakan bersama Rumah Matahari.
Menurutnya, hingga November 2025, Puskesmas Jakenan mencatat 19 pasien baru yang memulai terapi ARV. Namun, Dwi menekankan bahwa data yang besar di Pati tidak selalu mencerminkan domisili, karena mayoritas pasien yang berobat bukan asli wilayah Pati.
“Jadi kalau data Pati tinggi, perlu kami luruskan, yang berobat di sini banyak yang dari luar kabupaten dan provinsi,” pungkasnya. (LK1)
Editor: Ahmad Muhlisin














