LINIKATA.COM, KUDUS – Tim peneliti gabungan dari Center for Prehistory and Austronesian Studies (CPAS) Indonesia dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali melakukan ekskavasi penyelamatan di kawasan Situs Patiayam, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus.
Dalam kegiatan ekskavasi tahap ketiga yang berlangsung sejak 4 November hingga 24 November 2025 ini, tim fokus pada penyelamatan fosil Gajah Purba (Elephas) yang diperkirakan berusia ratusan ribu tahun.
Peneliti dari BRIN, Rully Fauzi, menjelaskan bahwa lokasi penggalian kali ini terpusat di Situs Ngasinan atau kawasan Bukit Slumprit. Fosil yang ditemukan merupakan jenis hewan berbelalai (proboscid) dari spesies Elephas.
Baca juga: Fosil Gajah Purba Utuh Diperkirakan Berumur 500.000 Tahun Ditemukan di Situs Patiayam
“Kami fokus pada temuan Elephas atau gajah purba. Kemungkinan fosil ini hidup di rentang waktu formasi Slumprit, yakni sekitar 500 ribu hingga 800 ribu tahun yang lalu,” ujar Rully saat ditemui di lokasi, Sabtu (22/11/2025).
Rully menambahkan, Situs Patiayam memiliki keunggulan geologis. Kondisi lingkungan purba yang berkaitan dengan aktivitas vulkanisme Gunung Muria di masa lalu membuat fosil-fosil di kawasan ini cenderung terpreservasi dengan baik dan utuh dibandingkan situs lainnya.
Sementara itu, Koordinator Lapangan Ekskavasi CPAS Indonesia, Devi Ayorora Nasution, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya. Ekskavasi ini bermula dari laporan warga pada tahun 2024 yang menemukan pecahan fosil kecil, yang kemudian ditindaklanjuti dengan penggalian tahap pertama dan kedua.
“Ekskavasi ketiga ini fokus utamanya adalah konservasi dan penyelamatan (rescue). Karena kami sudah menemukan sebagian besar kerangka fosil gajah purba ini,” kata Devi.
Devi menjelaskan strategi unik yang diterapkan tim dalam ekskavasi ini. Fosil asli yang telah diangkat akan dibawa ke museum untuk perawatan dan perlindungan. Namun, agar nilai edukasi bagi masyarakat tidak hilang, tim peneliti menggantinya dengan replika yang diletakkan persis di lubang temuan aslinya.
“Kita meletakkan replika di lapangan. Tujuannya agar ketika pengunjung datang, mereka tetap bisa melihat dan mempelajari posisi fosil purba tersebut seperti saat pertama kali ditemukan, tanpa merusak fosil aslinya,” jelasnya.
Baca juga: Tim Ahli Cagar Budaya Nasional Sebut Situs Patiayam Berpotensi Jadi Warisan Dunia
Kegiatan yang didukung oleh Yayasan Bakti Dharma Lestari dan Wakil Ketua MPR RI Lestari Mordijat ini diharapkan tidak hanya sekadar menyelamatkan benda bersejarah, tetapi juga mengembangkan potensi wisata edukasi di Kudus.
Rully Fauzi menambahkan bahwa tujuan akhir dari penggantian fosil dengan replika adalah untuk mengekspos hasil riset kepada publik. “Harapannya bisa dinikmati publik sebagai salah satu destinasi wisata edukasi di wilayah Situs Patiayam,” tambah Rully.
Devi pun berharap ke depannya Situs Patiayam dapat menjadi laboratorium lapangan yang efektif. “Kami berharap situs ini bisa menjadi sarana pembelajaran dan edukasi nyata bagi masyarakat luas tentang kehidupan prasejarah,” pungkas Devi. (LK6)
Editor: Ahmad Muhlisin














