LINIKATA.COM, PATI – Ratusan warga Desa Ngurenrejo, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati berbondong-bondong mendatangi Makam Nyai Ageng Kenduruan di Desa Tajungsari, Kecamatan Tlogowungu, Kamis (13/11/2025). Hari itu, mereka menempuh perjalanan sekitar 16 kilometer untuk menggelar Tradisi Napak Tilas Kenduruan untuk menyambut musim tanam.
Masing-masing warga terlihat membawa nasi dengan satu ekor ayam ingkung utuh. Mereka lantas duduk dengan alas seadanya atau jongkok memenuhi berbagai sisi makam.
Usai berkumpul semuanya, dengan dipimpin pemuka agama, mereka lantas menggelar doa bersama kepada Tuhan Yang Maha Esa agar hasil panen mereka melimpah dan desanya dijauhi bencana.
Baca juga: Ribuan Warga Padati Tradisi Jembul Tulakan yang Terinspirasi Laku Ratu Kalinyamat
Usai berdoa, warga kemudian makan bersama. Bekal mereka disantap bareng keluarga dan tetangga. Sejumlah warga Desa Tajungsari, personel TNI hingga Polri juga tampak hadir dan ikut menyantap bersama.
Bekal sisa, ditinggal di Makam Nyai Ageng Kenduruan dan dibawa warga desa lainnya. Warga Desa Ngurenrejo dilarang membawa bekal kembali sebagai simbol keiklasan untuk bersedekah.
Sekretaris Desa (Sekdes) Ngurenrejo, Sutrisno memaparkan, tradisi ini sudah ada sejak tujuh abad lalu. Saat itu, Ki Ageng Singopadu yang merupakan pendiri Desa Ngurenrejo selalu sowan ke kediaman kakaknya, Nyai Ageng Kenduruan menjelang musim tanam.
”Tradisi napak tilas Kenduruan merupakan tradisi desa kami, Ngurenrejo, dari sejak pendiri Desa Ngurenrejo, Mbah Singopadu. Ketika masa hidupnya, Ki Ageng Singopadu selalu sowan ke Kakaknya Nyi Ageng Kenduruan,” ujar dia.
Silaturahmi ini bertujuan meminta izin kepada Nyai Ageng Kenduruan yang mempunyai kekuasaan di lereng Muria untuk mendapatkan air irigasi. Mengingat, sumber mata air berasal di wilayah kekuasaan Nyai Ageng Kenduruan.
”Dengan harapan minta doa restu dan silaturahim agar mereka bersama rakyat desa Ngurenrejo dapat pasokan air,” tutur dia.
Setiap bersilaturahmi ke kediaman Nyai Ageng Kenduruan, Ki Ageng Singopadu membawa bekal dan oleh-oleh nasi ayam ingkung dengan berbagai lauk pauk. Tradisi ini pun terus dilestarikan warga Desa Ngurenrejo setiap tahunnya.
Baca juga: Upaya Tolak Balak dalam Tradisi Lamporan di Sumber Soneyan Pati
”Hingga saat ini tradisi ini dilestarikan setiap satu tahun sekali dengan Napak Tilas Kenduruan Ki Ageng Singopadu,” ungkap dia.
Warga sepakat tradisi ini digelar setiap November menjelang Jumat Kliwon. Tak hanya warga Desa Ngurenrejo, warga Desa Ngurensiti juga menggelar tradisi ini. Namun, warga Desa Ngurensiti melaksanakan tradisi ini saat Jumat Kliwon pagi.
”Jelas ratusan tahun. Karena Singopadu merupakan patih Kadipaten Carangsoko maupun tokoh Desa Ngurenrejo. Nguren ada dua. Ngurenrejo dan Ngirensiti. Dulu namanya Nguren saja. Sejak jaman Belanda dipisah menjadi dua,” tandas dia. (LK1)
Editor: Ahmad Muhlisin














