LINIKATA.COM, PATI – Kelenteng Tjong Hok Bio punya cara unik untuk mengumpulkan dana yaitu dengan cara lelang. Di Kabupaten Pati, tradisi turun menurun yang dilaksanakan setahun sekali ini hanya dilakukan di rumah ibadah yang berada di Desa Tluwah, Kecamatan Juwana itu.
Setiap tanggal 15 bulan 8 Imlek dalam penanggalan Tionghoa, puluhan umat dan simpatisan berkumpul di kelenteng untuk mengikuti lelang. Hasilnya untuk mengggelar beberapa acara termasuk perayaan Tahun Baru China.
Barang-barang yang dilelang berupa buah dan kue yang dikemas seperti parsel atau gunungan kecil. Gunungan itu lantas ditata di tengah-tengah umat dan lalu ditawarkan kepada peserta hingga ditemui kata sepakat untuk harga finalnya.
Baca juga: Upaya Tolak Balak dalam Tradisi Lamporan di Sumber Soneyan Pati
Ketua Yayasan Kelenteng Tjong Hok Bio, Edy Siswanto, menjelaskan, tradisi yang tahun ini digelar pada Senin (6/10/2025) malam itu merupakan upaya nguri-uri budaya leluhur, yaitu memperingati hari ulang tahun Dewa Bumi atau Hok Tek Cheng Sin.
“Tujuannya untuk meminta keselamatan. Karena Dewa Bumi yang memberi berkah kepada umat-umat manusianya,” jelasnya saat dihubungi awak media, Selasa (7/10/2025).
Menurut Edy, tradisi ini berawal saat umat Tionghoa meminta keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang waktu itu sedang dalam masa pagebluk. Doa dilakukan oleh Raja Hok Tek Cheng Sin dengan cara bertapa. Di kemudian hari, raja ini kemudian diangkat menjadi Dewa Bumi.
“Waktu itu, Raja Hok Tek Cheng Sin (Dewa Bumi) bertapa meminta wangsit kepada Tuhan Yang Maha Kuasa supaya rakyatnya selamat semua. Hasilnya, rakyatnya selamat dan petani-petani bisa panen,” jelasnya.
Baca juga: Ribuan Warga Padati Tradisi Jembul Tulakan yang Terinspirasi Laku Ratu Kalinyamat
Untuk lelang, pihaknya berhasil mengumpulkan dan Rp14,5 juta. Untuk harga lelang paling tinggi adalah Rp1 juta dan yang paling rendah Rp250 ribu. Dana tersebut biasanya untuk tambahan pertunjukan Wayang saat Perayaan Imlek di Kelenteng Hok Tik Bio Pati.
“Biasanya yang mahal itu yang di tengah-tengah milik tuan rumahnya. Tuan rumahnya, ya Hok Tek Cheng Sin. Isinya itu ada pisang raja dan kue berbahan ketan,” beber Edi.
Salah satu peserta lelang, Deddy Gunawan, mengatakan, dirinya memang mengincar pisang raja yang dia dapatkan dengan harga tertinggi yaitu Rp1juta. Menurut dia, pisang raja punya makna filosofis sebagai harapan yang mendapatkannya bisa menjadi pemimpin di masa datang.
“Pisang raja punya makna filosofis, yaitu pemenang lelang punya doa dan harapan bisa menjadi raja atau pemimpin di masa yang akan datang,” jelasnya. (LK1)
Editor: Ahmad Muhlisin
 
			 
                                
 
                                
 
							











