LINIKATA.COM, REMBANG – SMP Negeri 1 Kragan, Rembang masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diduga membuat siswa keracunan pada Rabu (24/9/2025) lalu.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Rembang telah mengambil sampel makanan yang dipasok dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Tedunan itu. Namun, sepekan berlalu hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan di Semarang itu belum juga keluar.
Kepala SMP N 1 Kragan, Dahlan Slamet mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil uji pemeriksaan laboratorium. Ia juga menyebut, hingga kini sekolahnya belum mendapatkan lagi distribusi program MBG.
Baca juga: Misteri Hasil Uji Lab Keracunan MBG di Rembang: Pemkab Belum Terima Laporan
“Belum ada (hasil laboratorium), belum ada pemberitahuan, masih nunggu. Sekolah juga belum ada distribusi MBG lagi,” ungkapnya, Senin (06/10/2025).
Sementara itu, Ketua Satgas MBG Kabupaten Rembang, Muhammad Hanies Cholil Barro’ mengaku, hingga saat ini pihaknya belum mendapat laporan resmi soal hasil uji laboratorium.
“Belum, belum keluar hasilnya. Nanti kalau sudah keluar tentu kita akan berikan ke Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) dalam hal ini perwakilan Badan Gizi Nasional (BGN) di Kabupaten,” ungkapnya.
Meski begitu, Hanies menyampaikan bahwa pihaknya akan menerima hasil uji laboratorium terkait kasus keracunan makanan program MBG untuk menentukan penyebab pasti kejadian tersebut.
“Terserah nanti hasilnya seperti apa dan kebijakannya seperti apa untuk SPPG yang bersangkutan, itu kewenangan BGN bukan Satgas,” ucapnya.
“Untuk SPPGnya masih ditutup, sementara yang merekomendasikan dan memerintahkan SPPG tutup ya BGN,” pungkasnya.
Baca juga: Kasus Keracunan di Rembang: 12 Dapur MBG Belum Bersertifikat Laik Higiene dan Sanitasi
Sebelumnya, sebanyak 187 siswa SMPN 1 Kragan diduga mengalami gejala keracunan setelah mengkonsumi menu MBG pada Rabu (24/9/2025). Menu yang dipasok oleh SPPG Tanjungan Kragan itu berisi mi ayam, sayur, tahu rebus dan irisan buah melon.
Akibat keracunan tersebut, seratusan siswa harus mendapat perawatan medis di beberapa Puskesmas yang tersebar di dua kecamatan. Rata-rata siswa mengalami gejala yang sama, yakni mual, pusing kepala, dan diare. (LK8)
Editor: Ahmad Muhlisin














