LINIKATA.COM, GROBOGAN – Pondok Pesantren Bustanul Arifin, Dusun Ngetuk, Desa/Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, menggelar sarasehan bertajuk “Freelancer Dunia Digital Tidaklah Menakutkan untuk Santri”, Sabtu (23/8/2025) malam. Kegiatan ini menjadi ruang inspiratif bagi para santri agar mampu menangkap peluang di era digital tanpa rasa takut.
Acara diawali dengan pembacaan tahlil yang dipimpin Gus Millah Azka, adik dari pengasuh pesantren, Gus Syihabul Millah.
Suasana yang awalnya hening berubah hangat ketika sesi utama dimulai dengan menghadirkan Feri Saputro, sosok kreatif yang dikenal luas sebagai Founder Bahasa Pro sekaligus editor di sejumlah perusahaan teknologi global seperti Google, Microsoft, dan X.
Baca juga: Jumlah Petani Muda di Grobogan Minim, Dispertan Iming-Imingi Kemudahan Ini
Dalam paparannya, Bung Feri sapaan akrabnya, mengatakan, santri sudah memiliki banyak hal yang dibutuhkan sebagai modal di dunia freelancer, dikarena didikan pesantren yang memang sedari awal sudah ditanamkan jiwa mandiri.
Untuk itu, dia mengajak santri agar memiliki lebih keberanian dan kemandirian ketika memilih jalan sebagai pekerja lepas di dunia digital.
Menurutnya, uang hanyalah bonus, sementara tujuan utama adalah proses berkarya dan memberikan manfaat.
“Menjadi seorang freelancer harus pula mempunyai keberanian dan kemandirian,” ujar alumnus Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (UGM) itu dalam rilisnya, Senin (25/8/2028).
Acara yang dipandu moderator Asna Kamila Hifdzi ini mendapat sambutan yang bagus dari santriwan-santriwati serta perwakilan Ansor, Banser, IPNU, dan IPPNU. Mereka aktif bertanya seputar tantangan dan peluang dunia digital.
Baca juga: 200 Anak Muda Grobogan Ikuti Seleksi Magang ke Jepang
Sementara itu, Gus Syihabul Millah menegaskan pentingnya pemahaman lembaga pesantren mengenai output seorang santri di era teknologi untuk masa depan. Ia menekankan bahwa santri tidak boleh hanya terpaku pada tradisi, tetapi juga harus siap menghadapi perubahan zaman. Makanya, santri harus bisa ikut mengisi dan mewarnai perubahan zaman.
“Santri juga harus memahami arti dari output terutama di bidang teknologi di masa depan. Kalau tidak siap dan paham arti output sebagai seorang santri, pesantren akan ditinggalkan dikarenakan memang ketinggalan zaman,” tutur Gus Syihab. (LK1)
Editor: Ahmad Muhlisin