LINIKATA.COM, PALEMBANG – Langit Sumatera Selatan mulai kelabu. Asap tipis menyusup dari sela pepohonan, membawa tanda bahwa musim kemarau belum datang sendiri. Titik-titik api mulai muncul di Musi Banyuasin, Ogan Ilir, hingga Muara Enim. Di saat itulah, negara kembali hadir.
Pada Selasa (29/7/2025), Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto bersama Menteri Lingkungan Hidup RI, Hanif Faisol Nurofiq, menjejakkan kaki di “Bumi Sriwijaya”. Bukan kunjungan seremonial, mereka datang untuk memastikan semua siap siaga, semua bergerak cepat.
Lapangan Griya Agung yang biasanya lengang disulap jadi arena apel kesiapsiagaan karhutla. Helikopter, drone, kendaraan taktis, hingga peralatan pemadaman berjajar rapi. Di bawah terik matahari, para satgas gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Manggala Agni, dan Masyarakat Peduli Api berdiri tegap, bersiap menghadapi tugas yang tak mudah: melawan api sebelum meluas.
Usai apel, satu helikopter Dauphin mengangkasa. Kepala BNPB dan rombongan terbang memantau titik api dari udara. Di bawah, satgas darat sudah berjibaku selama tiga hari terakhir. Dari enam hektare lahan terbakar di Muara Enim, dua hektare sudah padam. Sisanya, masih mereka kejar, siang dan malam.
Pemerintah tak hanya mengandalkan tenaga manusia. Teknologi pun digerakkan. Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) dilakukan untuk mendatangkan hujan. Dan benar, sejak OMC dilakukan seminggu lalu, langit Palembang beberapa kali mendung dan gerimis turun pelan. Sebuah harapan kecil di tengah kemarau panjang.
Namun, Kepala BNPB dan Menteri LH mengingatkan, puncak tantangan belum sepenuhnya datang. Sepuluh hari pertama di bulan Agustus diprediksi jadi masa paling kering. Karena itu, pelatihan dan pencegahan harus jadi tameng utama. Sekali api menyala, segalanya bisa terlambat.
Negeri ini sedang bertaruh dengan alam. Tapi selama semangat gotong royong terus menyala, dan semua elemen bergerak satu arah, bara bisa padam. Langit bisa biru kembali. Dan harapan, tetap menyala di tengah tanah yang mengering. (LK7)
Editor: Ahmad Muhlisin