LINIKATA.COM, PATI – Hutan mangrove yag berada di Desa Tunggulsari, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah kondisinya rusak parah. Tak tanggung-tanggung, luasannya kini tinggal separuh saja dari sekitar 15 hektare pada 2020, kini hanya tersisa sekitar 7,5 hektare.
Ketua Kelompok Mangrove Desa Tunggulsari, Karnawi, mengungkapkan, akibat rusaknya hutan mangrove, Desa Tunggulsari yang hanya berjarak 1,5 kilometer dari garis pantai kini jadi langganan banjir rob.
“Rusaknya hutan mangrove itu karena diterjang gelombak ombak besar secara bertubi-tubi. Bahkan, tiga tahun ini kondisinya makin parah,” bebernya, Rabu (18/6/2025).
Baca juga: Banjir Rob Sebulan Belum Surut, Warga Tunggulsari Tunggu Solusi dari Pemerintah
Ia menjelaskan, gelombang air laut meninggi sejak enam tahun terakhir. Hal ini membuat lahan mangrove terus terkikis. Setiap ditanami baru, bibitnya juga cepat rusak karena tidak kuat diterjang ombak.
Pihaknya sebenarnya sudah melakukan berbagai cara untuk menahan gelombang. Salah satunya membuat pemecah gelombang. Namun, upaya tersebut tak membuahkan hasil.
”Kami sudah berusaha dengan patok pemecah gelombang tapi tidak maksimal. Kemudian kami melakukan penanam mangrove tiap tahun sampai 50 ribu bibit lebih. Tapi karena cuaca ekstrem, bibit mati kalau gelombang datang,” ungkap aktivis lingkungan ini.
Tak hanya itu, sejumlah perguruan tinggi juga ikut membantu untuk menangani rob. Namun, tingginya gelombang membuat bibit mangrove yang ditanam mati.
Baca juga: Jadi Langganan Banjir Rob, Warga Tunggulsari: Semoga Pemerintah Bisa Cepat Mengatasi
”Upaya kemarin ada program Dinas Pendidikan dengan Unnes dengan membuat pemecah gelombang. Tapi rusak lagi karena gelombang tinggi,” tandas dia.
Kepala Desa Tunggulsari, Setyo Wahyudi, berharap, pemerintah daerah hingga pemerintah pusat ikut menanggulangi bencana banjir rob ini. Tanpa kerja sama pemerintah, maka bencana banjir rob terus menghantui Desa Tunggulsari.
”Ini bencana besar. Kejadian abrasi nyatanya sudah terjadi di Desa Tunggulsari dan beberapa desa Kecamatan Tayu. Harapan saya pemerintah untuk bekerja sama penanggulangan bencana,” tutur Setyo Wahyudi.
Ia pun mengusulkan sejumlah solusi. Seperti pembuatan pemecah ombak di bibir pantai Kecamatan Tayu hingga normalisasi sungai. (LK1)
Editor: Ahmad Muhlisin