LINIKATA.COM, KUDUS – Muria Batik Kudus berhasil meraih Aggregator terbaik dari Pertamina setelah sukses membina dan mengkaryakan sejumlah pembatik berkebutuhan khusus (difabel). Muria Batik menjadi yang terbaik ketiga dari enam peserta UMKM di seluruh Indonesia.
Sebagai ganjaran, Muria Batik berhak mendapatkan sejumlah fasilitas dan bimbingan dari mentor yang ditunjuk Pertamina. Termasuk mendapatkan sejumlah fasiltas dan bimbingan dalam pemasaran baik ditingkat nasional maupun internasional.
Pemilik Galeri Muria Batik Kudus, Yuli Astuti, sudah membina difabel sejak 2015. Setiap hari, galerinya yang berada di Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog itu, sudah tak asing dengan para disabilitas.
Rata-rata mereka merupakan siswa magang dari Sekolah Luar Biasa (SLB). Dengan telaten dan penuh kesabaran, Yuli Astutik, membimbing mereka bagaimana cara membatik yang baik, agar nantinya bisa mandiri.
Dari tangan dingin Yuli Astutik inilah kemudian lahir pembatik-pembatik difabel yang terampil, dan berhasil mandiri tanpa harus bergantung pada orang lain.
“Sudah puluhan siswa saya yang berprestasi dan mandiri. Saat ini ada tujuh siswa yang masih bekerja di sini dan tiga di antaranya mewakili Karesidenan Pati untuk ikut lomba membatik ke tingkat provinsi. Ini semua tak lepas dari bimbingan PT Pertamina, setelah meraih Aggregator UMKM terbaik tiga, dalam membina para kaum difabel,” ungkapnya, Selasa (10/7/2025).
Mentor Pertaprenuer Aggregator Pertamina, Ardi Ridwansyah, mengatakan, ada enam UMKM yang meraih Aggregator dari ribuan UMKM yang ikut, dan salah satunya adalah Galeri Batik Muria Kudus. Jadi, pertamina berkomitmen untuk terus membina UMKM, sesuai dengan nawacita Presiden Prabowo.
“Keenam UMKM ini diberikan bimbingan, bagaimana sistem managerial, pemasaran, sekaligus pemberian fasiltas untuk pengembangan UMKMnya,” katanya saat ditemui di tempat yang sama.
Pihaknya berharap, ke depan Muria Batik bisa lebih mengembangkan usahanya, dan lebih banyak memberdayakan tenaga kerja, sehingga tercipta UMKM yang mandiri dan mampu menampung tenaga kerja lebih banyak lagi. (LK3)
Editor: Ahmad Muhlisin