LINIKATA.COM, PATI – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membangun 100 kampung nelayan merah putih di berbagai wilayah, salah satunya di Kabupaten Pati. Program ini bagian dari upaya percepatan pengembangan kawasan pesisir berbasis pemberdayaan masyarakat.
Bupati Pati, Sudewo, mengatakan, daerahnya dipilih karena punya potensi perikanan budi daya dan tangkap yang besar. Bahkan, saat ini Pati jadi produsen ikan tangkap terbesar di Jawa Tengah, utamanya berada di Kecamatan Juwana, Tayu, dan Dukuhseti.
“Pada tahun ini ada perhatian khusus dari menteri KKP akan diberi program kampung nelayan merah putih. Seluruh Indonesia hanya ada 100 titik (kabupaten) dan pati salah satunya,” beber dia di Pendapa Pati, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Mendes Yandi Sebut Pati Akan Jadi Prioritas Program Unggulan Pemerintah
Dalam program yang ditempatkan di Desa Banyutowo, Kecamatan Dukuhseti itu, Bupati sudah menyiapkan lahan 5,1 hektare. Sudewo juga menegaskan komitmennya dalam mengembangkan kawasan ini menjadi destinasi wisata bahari modern.
“Ini tidak lepas dari perjuangan kawan kita, Anggota DPR RI, Firman Soebagyo. Namun demikian, itu pasti ada satu kesamaan antara beliau dan Menteri Kelautan dan Perikanan,” katanya.
Selain Kampung Nelayan, KKP juga berencana membuat kampung budi daya di Pati. Menurut Sudewo, khusus untuk budi daya ikan nila salin saja, Kabupaten Pati memiliki lahan 1.855 hektare.
“Ini menjadikannya yang terluas di Jawa Tengah. Potensi ini bahkan dapat dikembangkan hingga lebih dari 5.000 hektare,” beber dia.
Namun, lanjut Bupati, terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi para pembudidaya, yakni pakan, teknis budi daya, dan pemasaran.
“Dengan kehadiran Pak Menteri Desa dan Pak Dirjen dari Kementerian KKP, Insya Allah segala persoalan akan terselesaikan. Sehingga ikan nila salin betul-betul akan menjadi sentra perekonomian untuk Kabupaten Pati dan Jawa Tengah. Mohon doanya,” ujar Sudewo.
Baca juga: Sektor Perikanan Pati Mampu Panen Ribuan Ton Setahun, Mendes Yandri: Bisa Jadi Bahan MBG
Soal tantangan itu, Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Haeru Rahayu, mengatakan, untuk pemasaran, Menteri Desa telah memberikan solusi yaitu mencarikan pengumpul hasil budi daya serta mencarikan negara tujuan ekspor untuk menampung hasil panen ikan nila.
Sementara itu, terkait masalah teknis, pelatihan “jantanisasi” atau maskulinisasi ikan nila akan diselenggarakan pada 30 Juli 2025 di Pati.
“Kami akan menugaskan staf dari Balai untuk memberikan pelatihan. Khusus untuk masalah pakan, pastinya ada selisih. Mudah-mudahan ini bisa menjawab apa yang menjadi persoalan kita semua. Semoga dalam lima tahun ke depan paling tidak sudah ada ikan nila salin Kabupaten Pati yang terbang menuju Jeddah, Arab Saudi,” tuturnya. (LK1)
Editor: Ahmad Muhlisin