LINIKATA.COM, PATI – Warga Dukuh Sumber, Desa Soneyan, Kecamatan Margoyoso memiliki tradisi unik yang digelar setiap malam Jum’at Wage bulan Suro dalam penanggalan Jawa. Tradisi itu diyakini masyarakat sebagai doa tolak balak.
Masyarakat dukuh Sumber kini mengemas tradisi itu menjadi Festival Tradisi Obor Lamporan. Kegiatan itu mulai digelar pada 4 hingga 10 Juli 2025.
Sebagai pembuka acara, masyarakat menggelar Lamporan Wiwitan pada Jumat (4/7) malam. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembukaan pameran seni rupa yang digelar di Omah Kuno Pete, Desa Soneyan. Acara dibuka dengan simbolis penyalaan obor dan dilanjutkan pentas seni.
Ketua Panita Festival Tradisi Obor Lamporan 2025, Andika Janu Pradana, mengatakan, puncak acara Lamporan atau dikenal Lamporan bongkaran dilaksanakan, Kamis (10/7/2025). Dia menyebut, Lamporan di Dukuh Sumber Desa Soneyan cukup unik lantaran masyarakat akan mengenakan pakaian ala suku dayak untuk mengarak obor keliling kampung.
Baca juga: Festival Lamporan 2025: Gali Potensi Wisata Budaya yang Besar di Soneyan Lewat Dialog
“Kirab tradisi Lamporan menjadi agenda yang rutin digelar oleh masyarakat Dukuh Sumber, Desa Soneyan, Kecamatan Margoyoso setiap penanggalan malam Jum’at Wage pada bulan Sura,” jelas Andika.
Dia menceritakan, masyarakat meyakini jika lamporan merupakan doa tolak balak terhadap hal-hal negatif yang dikisahkan sebagai pagebluk atau roh jahat dan marabahaya yang pernah menyerang dusun kala itu.
“Lamporan juga dikeramatkan warga untuk ruwatan atau mengistirahatkan hewan ternak setelah selesai mengolah lahan,” ucapnya.
Sebagai penutup kirab, warga nantinya menggelar acara syukuran lewat sajian nasi sego liwet untuk disantap bersama-sama sekaligus wujud syukur masyarakat pada Tuhan agar hasil panen melimpah.
Adapun Pasukan Ndayak, sebut Andika, dinarasikan sebagai barisan pembawa api atau obor dalam sebuah kegaduhan guna mengusir roh-roh jahat atau pagebluk. Pasukan dengan busana ala suku dayak merupakan akulturasi budaya suku pedalaman Kalimantan yang dibawa oleh salah satu putra daerah Soneyan yang bertugas sebagai ABRI di luar Jawa pada 1957.
“Hingga saat ini istilah Ndayak’an dalam tradisi Lamporan menjadi ciri khas atraksi Budaya Lamporan Soneyan yang dinanti-nanti warga sekitar,” imbuhnya.
Baca juga: Pati Usulkan Gongcik dan Ketoprak sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Andika menyebut, Tradisi Lamporan kali ini berbeda dengan sebelumnya.
“Kali ini ada banyak pertunjukan kesenian lokal tiap malam. Termasuk pertunjukan kesenian asli Pati, yaitu Wayang Topeng dan Gongcik,” jelasnya. (LK1)
Editor: Ahmad Muhlisin