LINIKATA.COM, PATI – Anggota Komisi VIII DPR RI, Sri Wulan, meminta pelayanan haji harus lebih manusiawi. Mengingat, urusan Rukun Islam kelima itu kini sudah punya kementerian khusus yaitu Kementerian Haji dan Umroh.
Politisi Partai Nasional Demokrasi (NasDem) itu menegaskan, pembentukan Kementerian Haji dan Umroh harus menjadi momentum besar untuk memperbaiki tata kelola dan kualitas pelayanan haji Indonesia. Dengan pengkhususan ini, dia berharap seluruh energi kementerian tercurah untuk peningkatan kualitas layanan jemaah.
“Harapannya jelas, layanan haji ke depan harus lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Jangan sampai kementerian baru justru menurunkan kualitas pelayanan. Target kita, penyelenggaraan haji 2026 harus lebih tertib, lebih manusiawi, dan lebih aman bagi jemaah,” tegasnya dalam kegiatan sosialisasi “Jagong Umroh dan Haji” di Kabupaten Pati, Kamis (18/12/2025).
Baca juga: Biaya Pelunasan Haji di Pati Rp53 Juta, Batas Pembayaran Januari 2026
Sebagai mitra kerja pemerintah di bidang keagamaan dan sosial, Komisi VIII DPR RI memberikan catatan penting agar Kementerian Haji dan Umroh benar-benar bekerja secara fokus dan profesional. Menurutnya, langkah strategis ini perlu diiringi dengan sosialisasi masif kepada masyarakat.
“Perubahan kementerian ini tidak boleh membuat masyarakat bingung. Justru harus membuat pelayanan lebih jelas, lebih cepat, dan lebih baik. Karena itu, sosialisasi menjadi kunci utama,” ujar dia.
Ia menambahkan, Komisi VIII akan terus mengawal dan memberi masukan agar kebijakan yang diambil benar-benar berpihak pada kepentingan jemaah. Sri Wulan juga menekankan pentingnya kesiapan jemaah, khususnya dari sisi kesehatan dan pemahaman ibadah. Menurutnya, manasik haji yang difasilitasi pemerintah merupakan hak jemaah yang tidak boleh diabaikan.
Baca juga: Pati Dapat Kuota 1.386 Jemaah Haji, Kloter 1 Berangkat April 2026
“Jangan sampai ada jemaah berangkat tanpa pernah mengikuti manasik. Mayoritas jemaah kita belum pernah ke luar negeri, sehingga mereka harus benar-benar dibekali pengetahuan, baik ibadah maupun non-ibadah,” katanya.
Ia menilai, pemahaman tentang kondisi Mekah dan Madinah, adaptasi cuaca, makanan, hingga lingkungan sosial akan sangat membantu jemaah saat berada di Tanah Suci. (LK1)
Editor: Ahmad Muhlisin













