LINIKATA.COM, PATI – Petani di Desa Sugiharjo, Kecamatan/Kabupaten Pati, Jawa Tengah terancam merugi akibat tanaman padinya diserang hama berulang-ulang. Hama ulat hingga tikus ini merusak padi yang hampir panen sehingga hasil panen dipastikan anjlok.
Salah satu petani, Joko Pramono mengaku hama menyerang tanaman padinya sejak awal taman hingga sekarang.
“MT 2 ini sangat susah. Dari mulai awal tanam, itu terkena asem-aseman, tanaman habis di pupuk enggak hijau tapi malah merah semua. Ada yang mati, ada masih bertahan, habis itu ada sundep atau kaper yang nelur jadi ulat. Itu memperparah,” ucapnya saat ditemui di lahannya, Kamis (12/6/2025).
Baca juga: Dikeluhkan Jemaah Masjid, Parkir Liar di RSUD Kayen Pati Ditertibkan
Tak hanya berhenti di situ, 30 hari setelah tanam dengan diobati dengan biaya yang besar persoalan tidak berhenti. Karena datang lagi hama lain seperti wereng dan tikus.
“Datang lagi wereng. Disemprot malah tambah banyak. Sehingga tambah biaya produksi lagi. Datang lagi serangan tikus,” lanjutnya.
Kondisi ini membuat biaya produksi tanamnya membengkak. Ia tak berharap banyak hasil panen nanti bisa menambal ongkos produksi yang ia keluarkan.
“Panennya berkurangnya 50 persen. Itu syukur alhamdulillah. Panen full saja biaya produksi tidak bisa menutup, apalagi ini panennya 50 persen. Jadi petani ruginya banyak sekali,” beber dia.
Petani lain, Jasmin (54) juga mengaku sangat kesulitan membasmi tikus. Para petani sudah melakukan berbagai cara untuk menumpas tapi ternyata tak begitu mempan.
“Memang tikus itu betul-betul sulit diatasi. Walau sudah disetrum, dipagar plastik, dan beberapa cara lain, tapi masih ada,” keluhnya.
Baca juga: Didukung Vicky Prasetyo, Hari Jadi Kabupaten Pati Tak Gunakan APBD
Dengan adanya hama ini, Jasmin harus mengeluarkan ongkos tambahan. Ia harus membeli pestisida dan kebutuhan lainnya untuk kembali menyuburkan tanaman.
“Tanamannya rusak. Biaya produksi bertambah untuk obat, di tambah biaya setrum dan plastik,” bebernya.
Ia merincikan, di lahannya seluas 1 kotak, biasanya hanya mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp1,5 juta. Namun, akibat serangan hama ini, ongkos produksi bisa naik menjadi Rp2 juta. Hal ini pun akan berdampak terhadap pendapatan hasil panen.
“Terancam gagal panen enggak, tapi untuk kembali modal kemungkinan sulit. satu kotak, irit, itu Rp1,5 juta. Tapi bisa naik sekitar Rp500 ribuan,” ujarnya.
Ia pun berharap ada perhatian dari pemerintah, dengan harapan ada program supaya populasi tikus tidak menyebar luas. (LK1)
Editor: Ahmad Muhlisin